Serangkaian kegiatan perayaan 100 tahun Injil
Masuk Toraja (IMT) di akhiri dengan Ibadah Syukur dan Perayaan II yang
dilaksanakan selama 15 hari dari tanggal 12 sampai 26 Juli 2013 di Rantepao,
Toraja Utara. Sebagai rangkaian kegiatan terakhir, menjadi suatu yang wajar
bila banyak masyarakat toraja yang sangat ingin mengikuti atau menyaksikan
kegiatan ini, termasuk penulis sendiri sebagai orang Toraja. Apalagi kegiatan
semacam ini hanya berlangsung sekali dalam 100 tahun. Sehingga jika Tuhan
berkenan maka perayaannya akan dilakukan lagi pada tahun 2113, yang mana,
mungkin sudah banyak orang-orang yang ada sekarang sudah tidak ada alias male sau’ ^_^ .
Mengambil
sedikit waktu dari kesibukan pekerjaan (*minta izin dulu sama 01 ^_^), akhirnya bisa juga ke Rantepao pada
tanggal 23 Juli 2013. Walaupun tinggal 4 hari sampai hari penutupan, yang
penting sempat hadir dan menyaksikan kegiatan ini.
Tiba
di Rantepao pada sore hari, masih sempat juga melihat sedikit parade dari
rombongan Papua dan Papua Barat. Baru pertama kali melihat kebudayaan papua
asli dengan kostum daerahnya secara langsung menjadi suatu kebanggaan
tersendiri. Gambar pun tak lupa diabadikan.. hehehe..
Banyak
acara/kegiatan yang terselenggara selama 4 hari mengikuti acara ini. Antara
lain ; pentas seni budaya, parade denominasi gereja lain yang ada di sulsel,
Seminar, KPI yang dibawakan Pdt. Stephen Tong, Parade/carnaval lettoan dari
lembaga pelayanan gerejawi / kecamatan, tarian massal, sambutan dari dewan
gereja sedunia, dan masih banyak lagi. Kegiatan ini juga dihadiri oleh Gubernur
Sul-sel dan Mentri Kesehatan RI yang sempat menyampaikan sambutannya. Turut
pula hadir CEO MNC Group, Bpk. Hari Tanoe Sudibyo. Tidak ketinggalan pula Rio
Febrian dan kawan-kawan pada acara seminar kepemudaan, serta Victor Hutabarat
yang membawakan beberapa lagu Rohani.
Banyak
hal / pernyataan yang disampaikan dalam kegiatan ini, baik saat ibadah maupun
sambutan-sambutan. Salah satunya adalah bagaimana kemudian Injil yang telah
masuk ke Toraja itu selanjunya bisa kita teruskan atau sampaikan ke orang lain
diluar Toraja. Ini menjadi suatu tanggung jawab kita selaku orang Toraja yang
bukan suatu kebetulan bisa menerima Injil. Apa yang kemudian terjadi apabila
tidak ada sosok Van der Lostrech yang rela meninggalkan kenyamanannya untuk
memberitakan Injil di tempat yang sama sekali sangat asing dan jauh dari
negaranya. Itu bukanlah suatu kebetulan, tetapi ada rancangan Tuhan yang luar
biasa untuk Tana Toraja. Perayaan syukur 100 tahun IMT ini seharusnya perlu
kita syukuri, kita maknai atau rayakan lebih dari perayaan keagamaan lainnya
seperti Natal atau Paskah, mengapa ?, karena kita tidak mungkin akan merayakan
Natal atau Paskah bila tidak ada Injil yang masuk Toraja. Memberitakan Injil ke
orang lain tidak harus selalu menjadi Pendeta atau pelayan keagamaan lainnya,
tapi yang paling penting melalui sikap hidup yang mencerminkan Injil Kristus
dimanapun orang Toraja berada.
Hal
lain yang disampaikan dalam kegiatan ini ialah menyinggung beberapa hal yang
keliru dalam pelayanan Gereja Toraja pada masa kini. Salah satunya ialah adanya
Pendeta yang ikut dalam politik praktis (kepartaian) dan mencalonkan diri dalam
pemilihan legislatif dengan dalih untuk memperjuangkan kepentingan masyarakat
Toraja atau Gereja. Tapi kenyataan selama ini, ketika terpilih, mau tidak mau
mereka akan lebih mementingkan kepentingan partai ataupun kepentingan pribadi
dan golongan. Pendeta Gereja Toraja sekarang diahrapkan untuk lebih fokus dalam
pelayanan dan yang lebih penting adalah menemukan inovasi-inovasi dalam
pelayanan atau program gereja untuk menghadapi perkembangan yang terjadi dalam
masyarakat, khususnya generasi muda Gereja Toraja sebagai generasi penerus
dimasa depan. Hal lain yang disampaikan adalah masih seringnya pendeta
mempermasalahkan materi atau honor sebagai pendeta dalam melakukan pelayanan.
Ini merupakan suatu akibat yang muncul ketika orang menjadikan pendeta sebagai
suatu “pekerjaan” atau Job.
Ibadah
penutupan pada malam tanggal 26 Juli 2013, diracik dalam bentuk teater kolosal
yang ditampilkan dengan latar cerita perjalanan Van der Lostrech dan
perkembangan Gereja Toraja, dengan tatanan panggung, sound dan lighting yang
sangat bagus. Ditampilkan pula drama yang mencerminkan kondisi yang terjadi di
masyarakat Toraja saat ini. Peserta yang mengisi acara ibadah penutupan ini pun
sangat banyak, mulai dari orang tua, pemuda sampai anak-anak.
Semoga
kemegahan dan euforia 100’th IMT menjadi bahan evaluasi untuk menjadikan Gereja
Toraja dan masyarakat Toraja lebih baik dimasa depan. Amiiiinnn... God Bless U,
God Bless Toraja
Salaaam
Seratuusss......... !!
Aiiiiiihhiiiiiiihiiiii...................
Tolepi
namaanassaaa........
Aiiiiiiihhhiiiihiiiiiii.................
0 komentar:
Posting Komentar
leave a comment gan...