“....bukan karena kekuatan, namun Roh-Mu ya
Tuhan.., ketika ku berdoa mujizat itu nyata...”
Itulah sepenggal lagu rohani
yang biasa dinyanyikan di kegiatan-kegiatan kerohanian yang berjudul Mujizat
Itu Nyata. Lagu ini begitu bermakna dan berkesan. Lagu ini seakan mewakili
cerita yang saya alami pada awal tahun 2012. Meskipun kejadiannya terjadi sudah
setahun yang lalu, namun saya baru sempat menarasikan dan mempostingnya pada kali
ini.
Sepenggal cerita ini diawali
pada awal bulan Januari 2012. Saat itu orang tua/bapak belakangan mengalami
mual-mual dan muntah. Pada awalnya kami mengira bahwa bapak hanya mengalami
penyakit maag meskipun kami juga heran karena sangat jarang bahkan belum pernah
bapak mengalami sakit maag, apalagi beliau orangnya disiplin dalam mengatur
jadwal makan. Kami pun memberikan obat maag kepada beliau. Setelah seminggu,
mual-mual masih juga dialami bahkan lebih sering intensitasnya. Kami pun
membawa bapak ke dokter praktek untuk memeriksakan penyakit beliau. Dari
dokter, kami hanya diberi obat maag dan beberapa jenis obat lainnya. Setelah
seminggu, bapak masih saja mengalami mual-mual dan muntah saat makan. Hal ini
pun sangat memprihatinkan kami akan kondisi beliau. Akhirnya, kami pun
memutuskan untuk membawa bapak ke salah satu Rumah Sakit terdekat yaitu RSUD I
Laga Ligo di Wotu, Kab. Luwu Timur untuk diperiksa lebih lanjut. Kebetulan juga
salah satu saudara/kakak perempuan bekerja disana.
Saat tiba di rumah sakit, sampel
darah dan urine bapak diambil untuk diperiksa. Setelah menunggu selama kurang
lebih satu jam, kami pun mengambil hasil pemeriksaan laboratorium dan
berkonsultasi tentang hasilnya. Saat itulah kami diberitahu bahwa kadar Kreatinin dalam darah beliau sudah
mencapai angka 8,5. Padahal menurut standar medis, kadar normal itu harusnya
berada pada angka < 1,5. Dokter pun memberikan penjelasan lanjut bahwa bapak
mengalami keracunan darah. Saat itu kami langsung kaget dan bertanya-tanya
kenapa bisa terjadi demikian, apa penyebabnya dan bagaimana cara
menyembuhkannya.
Setelah konsultasi lebih lanjut,
dokter mengatakan bahwa itu bisa terjadi karena adanya gangguan pada ginjal.
Hal ini pun kami benarkan, karena memang beberapa tahun sebelumnya beliau pernah
sakit batu ginjal dan pernah diobati dengan teknik Shockwafe Laser (tembak ginjal) pada ginjal kiri dan operasi batu
ginjal di saluran Ureter. Belum reda
perasaan kaget itu, kami diberitahu lagi oleh dokter bahwa bapak harus menjalani
Hemodialisis (cuci darah) untuk
menurunkan kadar Kreatinin dalam
darah. Kaget bukan kepalang, ternyata bapak sudah harus cuci darah. Kami pun
menanyakan apakah setelah cuci darah maka bapak bisa sembuh dan bisa normal
kembali. Dokter malah menyatakan bahwa cuci darah hanya berguna untuk
menurunkan kadar Kreatinin dalam
darah, setelah beberapa hari kadar Kreatinin
bisa meningkat lagi. Dokter menambahkan, perlu pemeriksaan lanjut untuk melihat
kelainan dan gangguan pada ginjal yang menyebabkan tingginya kadar Kreatinin dalam darah. Kami sekeluarga
sangat kaget dan tertegun mendengar semua hasil pemeriksaan itu. Terlebih lagi
saat melihat raut muka bapak saat mengetahui hasil pemeriksaan itu.
Setelah dua hari perawatan di
rumah sakit, darah bapak kembali diperiksa di laboratorium dan menunjukkan
kadar Kreatinin tidak mengalami
penurunan, malahan tambah naik menjadi 9. Rasa mual masih saja dirasakan. Melihat
perkembangan demikian, dokter menyarankan untuk merujuk bapak ke Makassar untuk
pemeriksaan lebih lanjut sekaligus menjalani cuci darah. Semakin cepat, semakin
baik , imbuhnya. Akhirnya setelah mengurus segala administrasi dan keperluan
lainnya kami pun merujuk bapak ke Makassar. Tak lupa saya meminta izin
sebelumnya kepada atasan di tempat kerja selama beberapa hari kedepan.
Selama perjalanan, saya mencoba
mencari-cari artikel tentang Kreatinin
dan cuci darah melalui bantuan ‘mbah
Google. Banyak hal yang penulis baca terasa sangat “memberatkan”. Banyak yang
mengatakan bahwa ketika orang sudah cuci darah maka akan cuci darah selamanya
karena ginjal sudah tidak berfungsi sebagai mana mestinya. Selain itu,
dikatakan pula bahwa untuk bisa tidak cuci darah lagi maka bisa dilakukan
dengan cangkok ginjal untuk mengganti ginjal yang sudah tidak berfungsi lagi.
Padahal, cangkok ginjal itu memakan biaya sekitar duaratusan juta rupiah. Mau
dapat uang darimana dengan jumlah segitu, belum lagi buat beli ginjalnya. Wah,
lengkap sudah, tambah galau jadinya. Untuk menghilangkannya penulis hanya bisa
berdoa kepada Tuhan untuk diberi ketabahan dan jalan keluar dari cobaan ini.
Sesampainya di Makassar, bapak
langsung kami bawa ke Rumah Sakit Stella Maris karena kebetulan dekat dengan
rumah salah satu kerabat keluarga, sehingga lebih memudahkan jika mengurus ini
itu. Beliau pun menjalani cuci darah untuk pertama kalinya. Setelah cuci darah
kurang lebih 2 Jam, sampel darah kembali diambil untuk diperiksa. Hasil
menujukkan penurunan kadar Kreatinin
sekitar 2 angka. Setelah 2 hari, darah kembali diperiksa dan menunjukkan kadar Kreatinin naik lagi 1 angka. Wah, kalau
5 hari kemungkinan kadarnya naik lagi ke angka semula, pikir saya. Kalau
begitu, mesti harus cuci darah terus untuk menjaga kadar Kreatinin dalam darah, sedangkan cuci darah sendiri biayanya cukup
mahal, sekitar 800 ribuan, belum lagi ketika ganti set alat bisa sampai 1
jutaan. Asuransi yang beliau punya dari BUMN tempat kerja tidak banyak membantu
meringankan biaya karena ternyata memakai sistem kuota dan pos-pos pembiayaan
yang terbagi sendiri-sendiri, belum lagi sistem administrasinya yang sangat
berbelit-belit. Sebenarnya bila memakai kartu Jamkesmas, biaya cuci darah bisa
ditanggung alias gratis. Oleh karenanya banyak keluarga pasien lain yang cuci
darah menyarankan untuk memakai kartu Jamkesmas orang lain dan mengurusnya di kelurahan terdekat.
Setelah beberapa hari, bapak
menjalani CT-Scan untuk melihat
kondisi ginjal dan mengetahui penyebab gangguan fungsi ginjal. Setelah hasilnya
keluar, dokter yang menangani beliau memberi penjelasannya kepada kami dan itu
merupakan berita yang menggembirakan ditengah kegalauan yang kami alami. Dokter
mengatakan bahwa kemungkinan yang menyebabkan ginjal mengalami gangguan fungsi
adalah karena adanya batu di ginjal kanan sepanjang 3,8 cm yang menyumbat
saluran dalam ginjal. Hal ini dikuatkan karena gambar ginjal kanan
memperlihatkan adanya pembesaran. Mengapa ini menggembirakan?, karena dokter
mengatakan bahwa bila batu ginjal ini secepatnya di angkat maka ada kemungkinan
fungsi ginjal bisa kembali normal dan tidak perlu cuci darah lagi. Puji Tuhan,
kami sangat bersyukur mendengar penjelasan itu. Dokter pun mengatakan bahwa
beruntung bapak cepat ditangani sebelum terjadi dampak yang lebih parah atau
bahkan gagal ginjal.
Setelah beberapa kali cuci darah
untuk menjaga kestabilan kadar Kreatinin
darah dan minum obat untuk pemulihan, kembali kami diperhadapkan pada suatu
dilema untuk mengangkat batu ginjal tersebut. Ada dua pilihan apakah memakai
sistem tembak atau bedah. Bila memakai sistem tembak, kemungkinan untuk habis
100% tidak terjamin, dan bisa saja perlu penembakan berkali-kali. Apalagi batu
yang ada sangat besar/panjang. Hal ini justru bisa menimbulkan kerusakan pada sel
ginjal. Belum lagi apabila batu tersebut berjenis batu asam urat yang sangat
keras. Pengalaman pada ginjal kiri yang pernah beberapa kali ditembak
menunjukkan gangguan fungsi sampai 60% dan mengalami pengecilan/kisut sesuai hasil
CT-Scan sebelumnya. Sedangkan bila
memakai sistem bedah ginjal, ada beberapa resiko yang dihadapi yakni bapak
penderita hipertensi dan gejala infark jantung. Beliau memang pernah
terkena stroke sekitar 6 tahun yang lalu. Ini menjadi suatu dilema yang kami
hadapi. Kami hanya bisa berdoa kepada Tuhan untuk diberikan ketabahan dan jalan
keluar yang terbaik dari masalah ini. Sambil menunggu sampai perawatan dan obat
selesai diminum, bapak tetap menjalani hemodialisis
(cuci darah). Selain itu, kami juga memberikan beberapa ramuan herbal berupa
seduhan daun Gedi yang bisa membantu
mengeluarkan batu ginjal serta Propolis
untuk membantu memperbaiki fungsi sel-sel ginjal.
Akhirnya tiba pula saat masa
perawatan selesai (sekitar satu minggu), kami pun dikonfirmasi dari pihak Rumah
Sakit untuk menentukan pilihan akan tindakan yang akan diambil. Setelah
berembuk dengan dengan keluarga kami pun menyepakati untuk melakukan tindakan
pembedahan ginjal, meskipun kami tahu resiko yang ada. Bapak sendiri pun
mengiyakan dan mengatakan apapun yang terbaik menurut kami, beliau ikuti. Beberapa
hari sebelum operasi, kami banyak dikunjungi oleh sanak keluarga, bahkan yang
dari kampung, Bone-bone pun turut datang. Termasuk Pendeta yang melayani di
Jemaat Gereja kami di bone-bone turut datang mendoakan kami. Hal itu menjadi
suatu kekuatan dan dukungan buat kami. Sehari sebelum operasi, secara tidak
sengaja kami bertemu pula dengan seorang ibu yang merupakan tetangga dari salah
satu keluarga yang tinggal di Makassar yang memang kenal dengan bapak. Ibu ini
sedang melakukan kunjungan bersama tim doanya ke Rumah Sakit tempat bapak
dirawat. Mereka pun langsung menuju ruang rawat bapak dan melakukan pelayanan
doa bersama-sama dengan kami.
Pagipun datang. Kami diberitahu
bahwa jadwal operasi akan dimulai pukul 13.00 WITA. Setelah dilakukan
pemeriksaan awal kondisi bapak sebelum operasi, kami dipanggil dokter Anastesi yang akan menangani bapak
nantinya. Dokter ini menanyakan kembali kepada kami apakah tetap akan
melanjutnya rencana operasi atau tidak karena adanya resiko yang dihadapi yakni
hipertensi dan jantung. Kami hanya
bisa saling bertatapan dan terdiam beberapa saat. Akhirnya kamipun mengiyakan. Perjanjian
tindakan operasi ditanda tangani. Setelah itu, kami dikonfirmasikan untuk
mempersiapkan 2 kantong darah untuk persiapan operasi. Loh, memangnya tidak ada
stok darah yang memang disiapkan pihak RS?, petugas medisnya mengatakan bahwa
RS sementara kekurangan stok darah. Akhirnya kami membagi tugas, saya bersama
kakak laki-laki langsung menuju ke PMI cabang Makassar yang tidak jauh dari
Rumah Sakit. Sesampainya disana, kami mendapat kendala lagi bahwa stok darah di
PMI lagi kosong. Kami pun disarankan untuk mencari orang yang bisa mendonorkan
darahnya. Saya langsung menghubungi keluarga yang ada di Makassar untuk dibantu
mencarikan orang yang bisa mendonorkan darahnya. Beruntung golongan darah bapak
adalah golongan darah A yang tidak terlalu sulit didapatkan. Setelah beberapa
menit, saya dihubungi oleh salah satu keluarga yang kebetulan mengajar di PIP bahwa
telah mengirim beberapa orang mahasiswanya ke PMI. Satu mobil malahan. Wah saya
bersyukur sekali.
Sementara menunggu donor darah
diproses, sekitar pukul 13.00 saya menghubungi kakak di RS dan diberitahu bahwa
bapak sudah dibawa masuk kedalam ruang operasi. Setelah beberapa menit saya
ditelfon lagi bahwa operasi bapak ditunda sementara karena tekanan darahnya
sangat tinggi hingga mencapai 200 walaupun beliau sudah dianastesi lokal. Wah
kalau sudah begini, darah memang harus disiapkan banyak-banyak untuk menjaga
kalau-kalau terjadi pendarahan, pikir saya. Saya bertanya ke pihak PMI apakah
darahnya sudah bisa diambil, eh ternyata kami masih harus menunggu sekitar 1,5
– 2 jam lagi. Saya langsung galau mendengarnya, bagaimana tidak, operasi sudah
mau dilakukan sementara stok darahnya masih harus menunggu sampai 2 jam, belum
lagi kondisi tekanan darah bapak sampai 200. Lengkap sudah stres yang saya
rasakan..
Disaat rasa galau itu, tiba-tiba
saya mendapat telfon dari kakak yang ada di RS. Ia mengatakan bahwa operasi
bapak tidak jadi dilanjutkan. Kok bisa? Apa yang terjadi?, tanya saya. Sayapun
mendengar dengan seksama penjelasan dari telfon itu. Ternyata saat operasi akan
dilanjutkan, batu ginjal yang sedianya akan diangkat melalui operasi itu sudah
tidak ada di’tempat’nya. Mendengar itu, perasaan stres itu langsung hilang
seketika. Saya langsung mengucap syukur, Puji Tuhan, dalam hati. Saya kemudian
mengkonfirmasi untuk tidak melanjutkan donor darah itu dan memberi penjelasan
kepada mahasiswa yang datang. Mereka pun pamit dan tak lupa saya mengucapkan
terimakasih kepada mereka.
Setelahnya saya langsung menuju ke RS. Sesampainya di sana, kamipun
saling berbagi cerita dan sukacita dengan apa yang terjadi. Beberapa saat
kemudian, bapak dibawa keluar dari ruang operasi dan langsung dibawa masuk
ruang ICU untuk menjalani rawat intensif selama beberapa hari. Kami diberi
penjelasan oleh dokter yang menangani bapak bahwa batu ginjal yang ada
sebelumnya telah pecah menjadi beberapa pecahan. Itulah yang menjadi alasan
mengapa malam sebelum operasi, bapak sempat merasa nyeri saat buang air kecil
dan urinenya bercampur darah. Sehari sesudahnya, darah bapak kembali diperiksa
dan ternyata kadar Kreatinin dalam
darah sudah menunjukkan tren menurun, sehingga setelah 1 kali cuci darah lagi
bapak sudah bisa berhenti untuk cuci darah. Setelah beberapa hari pemulihan,
bapak akhirnya bisa meninggalkan RS dan kami pun bisa kembali ke kampung
halaman, Bone-bone.
Demikian sepenggal cerita yang benar-benar saya alami di awal tahun 2012.
Saya percaya semua yang terjadi bukanlah suatu kebetulan tetapi ada campur tangan
Tuhan didalamnya. Pertolongan Tuhan selalu ada dan indah pada waktunya, tinggal
bagaimana kita berdoa, berusaha dan menyerahkan sepenuhnya kepada-Nya , maka Ia
akan bertindak dan memberikan apa yang terbaik untuk kita. GBU..
17 komentar:
Wah puji Tuhan
thanks to Jesus
thanks to Jesus
penyebab nya batu ginjal ya sudah barang tentu jika batu hilang ya normal kembali itu biasa....
kalau penyebabnya sudah keluar ya normal kembali itu biasa
Puji Tuhan..Tangan Tuhan Yesus yang sudah terlebih dahulu mengoperasi & menghancurkan si batu ginjal... sebelum tangan dokter mengoperasinya. Tks buat sharenya. JBU
Puji Tuhan.. mujizat itu ada kalau kita mempercayainya.amin
Trims Yesus
Tuhan Yesus baik.
Tuhan begitu baik dan bekerja bagi kalian...Terima kasih untuk sharing-nya...
Puji Tuhan
Thanks agan2... Just do the best, let God do the Rest.....
haleluya..
Kemuliaan hanya bagi TUHAN...terpujilah TUHAN....mujizat masih ada hingga kini bagi mereka yg percaya dan berkenan di MataNYA...Amin...JESUS Bless u n family...Thank u for sharing..
Kemuliaan hanya bagi TUHAN...terpujilah TUHAN....mujizat masih ada hingga kini bagi mereka yg percaya dan berkenan di MataNYA...Amin...JESUS Bless u n family...Thank u for sharing..
amazing. thanks to Jesus. Praise to Lord.
Puji Tuhan...saya merasa dikuatkan dengan cerita kesaksian pak He gki. Sungguh dahsyat dan ajaib pertolongan Tuhan. Jbu.
Posting Komentar
leave a comment gan...